Bagaimana awal kehidupan dimulai
serta bagaimana makhluk hidup pertama kali muncul adalah pertanyaan yang
terkait dengan eksistensi Tuhan. Pertanyaan-pertanyaan ini sudah dibahas sejak
zaman dahulu kala. Secara umum pertanyaan tersebut akan selalu mengarah pada
dua penjelasan atau jawaban. Kedua penjelasan tersebut adalah mengenai teori
penciptaan, yakni gagasan mengenai bahwa semua makhluk hidup muncul sebagai
hasil dari sebuah rancangan yang cerdas. Jawaban kedua adalah mengenai teori
evolusi yang menyatakan bahwa makhluk hidup bukanlah hasil dari sebuah rancangan
cerdas, melainkan dari sebuah sebab yang serba kebetulan dan proses alamiah.
Untuk membahas bagaimana
perkembangan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut mengarah kepada dua
teori tadi dapat dimulai dengan penjelasan tentang domain ilmu biologi dan
fisika. Ilmu biologi mempelajari semua objek yang hidup, sedangkan ilmu fisika
mempelajari semua objek material. Kedua domain ilmu ini sebenarnya dapat
terkait satu sama lain. Hubungannya dilihat dari kedua pandangan berikut, physicalism dan vitalism. Physicalism
menyatakan bahwa semua benda hidup adalah objek fisik, karena benda hidup
sesungguhnya tersusun atas materi-materi fisik. Vitalism menyebutkan bahwa semua benda hidup dinyatakan hidup
karena mengandung sesuatu komponen imaterial. Namun, seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan vitalism
dianggap tidak masuk akal oleh para ilmuwan karena tidak ada bukti yang dapat
menguatkan argumennya, sedangkan semakin tingginya pemahaman manusia karena
ilmu pengetahuan maka semakin banyak fenomena dalam proses kehidupan yang dapat
dijelaskan secara fisik. Memang benar banyak fenomena dalam kehidupan yang
tidak dapat dijelaskan oleh ilmu biologi, dapat dijelaskan oleh ilmu fisika,
akan tetapi tidak perlu dipaksakan bahwa penjelasan tersebut harus mengaitkan
kedua domain ilmu ini.
Sebelum membahas sejarah
perkembangan teori-teori mengenai asal usul kehidupan maka kita perlu mencegah pola
berpikir anakronisme. Anakronisme adalah pandangan bahwa suatu ide, dengan
pengetahuan kita sekarang, dianggap tidak scientific
padahal pada masanya dulu dengan pengetahuan pada zaman tersebut ide tersebut
merupakan pernyataan yang scientific.
Teori pertama yang berkembang
mengenai asal usul kehidupan adalah teori penciptaan atau creationism. Creationist
menyatakan bahwa semua spesies diciptakan oleh Tuhan secara terpisah. Mereka tidak
memiliki kekerabatan secara silsilah karena tidak berasal dari satu nenek
moyang. Pada masa ini pernyataan paling brilian secara filosofis dan biologis
mengenai kemampuan adaptasi suatu organisme hanya dapat dijelaskan dengan
hipotesis bahwa organisme adalah mahakarya yang cerdas.
Salah seorang ilmuwan William
Paley (1805), menyatakan pendapat yang menguatkan pandangan creationism. Ada dua pandangan yang
dikemukakannya, pertama, organisme itu kompleks dan sudah teradaptasi dengan
baik. Kedua, kompleksitas organisme bukan merupakan pencampuran yang kebetulan
dan tidak terkoordinasi dari suatu bagian-bagian, tapi jika kita lihat secara
keseluruhan maka dari bagian-bagian yang berbeda tersebut terbentuk organisme
yang fungsional. Dari kedua pandangan tersebut, maka terdapat dua penjelasan
yaitu, pertama, bahwa organisme merupakan hasil karya desainer yang cerdas.
Kedua, terdapat suatu mekanisme fisik yang secara acak mengubah materi-materi
menjadi benda hidup. Untuk menguatkan pandangannya ini, Paley mengembangkan
sebuah analogi tentang jam. Jika kita buka bagian belakang jam, maka kita
melihat suatu kompleksitas atau kerumitan, bagaimana setiap bagian-bagiannya
saling terhubung sedemikian rupa sehingga membentuk jam yang fungsional. Bagaimana
kita menjelaskan tentang eksistensi dan karakteristik dari objek ini? Salah satu
jawabannya yaitu bahwa jam ini merupakan mahakarya yang cerdas. Pembuat jam
membuatnya kompleks dan menyesuaikannya agar dapat berfungsi sebagai penunjuk
waktu. Kemungkinan jawaban lainnya adalah ada suatu mekanisme fisik yang acak
yang membentuk besi menjadi jam. Dari kedua
kemungkinan jawaban tersebut tentunya jawaban pertama lebih masuk akal
dibandingkan dengan jawaban kedua pada saat itu.
Akan tetapi selanjutnya, pendapat
Paley ini dikritisasi oleh seorang filsuf David Hume. Hume menyatakan bahwa
argumen Paley berdasarkan analogi induktif. Paley menyatakan bahwa :
Jam adalah produk dari mahakarya
yang cerdas
Jam dan organisme adalah sama
Organisme adalah produk dari
mahakarya yang cerdas
Hume berpendapat bahwa pernyataan
analogi ini sangat lemah. Kesimpulan yang ditarik dari pernyataan tersebut
tidak valid. Namun, pada saat itu pendapat Hume yang kritis tidak dapat
mengalahkan atau menggoyahkan pandangan mengenai teori penciptaan, karena pada
saat itu jawaban mengenai asal usul kehidupan hanya ada dua yaitu tentang
mahakarya yang cerdas atau mekanisme fisik yang acak. Maka semua ilmuwan
berpendapat bahwa mahakarya yang cerdas merupakan pandangan yang paling masuk
akal. Pendapat ini bertahan sampai era Darwinisme. Darwin menawarkan teori
mengenai asal usul kehidupan yang sama sekali berbeda dengan kedua teori
sebelumnya, tidak menyangkut mahakarya yang cerdas dan tidak pula menyangkut
mekanisme fisik yang acak. Hipotesis Darwin yaitu mengenai evolusi akibat
seleksi alam.
Mekanisme seleksi alam yang
ditawarkan Darwin bukan merupakan proses yang acak. Jika kemungkinan yang
berbeda memiliki probabilitas yang yang tidak sama maka proses tersebut bukan
proses yang acak. Seleksi alam memiliki probabilitas yang tidak sama sehingga
prosesnya tidak acak. Mekanisme acak sering digunakan oleh evolusionis untuk
menjelaskan tentang mutasi. Terdapat dua komponen mengenai seleksi alam,
pertama, harus ada variasi dalam suatu populasi. Kedua, ketika sudah ada
variasi maka seleksi alam akan berlangsung dan memodifikasi jumlah dari variasi
yang ada. Variasi terjadi secara acak, namun proses seleksinya tidak.
Seleksi alam akan menyebabkan
ciri yang paling cocok (fit) akan
menjadi ciri yang umum dalam suautu populasi. Organisme bukan merupakan hasil
pencipataan, ciri yang ada pada organisme tersebut merupakan hasil perkembangan
dan modifikasi dari nenek moyangnya. Menurut Darwin, organisme berasal dari
nenek moyang yang sama dan seluruh organisme yang ada di muka bumi ini memiliki
hubungan kekerabatan dalam silsilah. Pernyataan ini dikenal dengan tree of life hypothesis. Dasar dari
pernyataan ini yaitu bahwa komponen penyusun semua makhluk hidup adalah sama
yaitu basa nukleotida. Jika organisme merupakan hasil ciptaan insinyur yang
cerdas maka tidak perlu ada ciri yang hilang karena organisme benar-benar sudah
diciptakan sesuai dengan lingkungan hidupnya.
Berdasarkan pernytaan tersebut
maka pandangan Paley bahwa Tuhan merupakan desainer yang hebat menjadi kurang
masuk akal. Bagaimana Tuhan menciptakan ciri pada organisme yang tidak sesuai
dengan lingkungan hidupnya atau bahkan tidak berguna bagi hidupnya. Akan tetapi
kemudian muncul hipotesis baru yang menyatakan bahwa Tuhan menciptakan setiap
spesies secara terpisah dan membuat kita
berpikir bahwa spesies tersebut berevolusi melalui seleksi alam. Hipotesis ini
disebut juga trickster hypothesis
karena seakan-akan hipotesis ini direka dan disesuaikan dengan situasi saat
itu. Tetapi pernyataan tentang trickster
hypothesis ini dirasa kurang bijak jika dikaitkan dengan Tuhan yang
dianggap suci dan penuh kebaikan. Selain itu, hipotesis ini juga tidak dapat
diuji sehingga diragukan saintifitasnya.
Jadi, teori penciptaan dianggap
tidak scientific karena tidak dapat
diuji. Pernyataan yang scientific adalah pernyataan yang dapat diobservasi. Oleh
karena itu argumen mengenai Tuhan itu menciptakan makhluk hidup, memerlukan
asumsi-asumsi atau pendapat-pendapat penyokong. Walaupun demikian, teori Darwin
juga bukannya tidak memiliki kekurangan, karena masih banyak fenomena-fenomena
kehidupan yang tidak dapat dijelaskan secara biologi evolusi. Bahkan hal-hal
yang tidak dapat dijelaskan tersebut masih dapat terjawab dengan menggunakan
kalimat “itulah kehendak Tuhan”. Tetapi sekali lagi bukti-bukti saintifik
tentang teori penciptaan masih belum dapat menguatkan pandangan tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas,
di Indonesia sendiri teori mengenai asal usul kehidupan dan eksistensi Tuhan
masih menjadi perdebatan. Setiap teori yang disebutkan di atas masih memiliki
banyak kekurangan dan sebagian besar masih belum dapat menjawab seluruh fenomena-fenomena
kehidupan. Jadi, sampai saat ini menurut saya belum ada teori yang saintifik
yang dapat menjelaskan dengan tidak ada keraguan dan perdebatan mengenai asal
usul kehidupan dan eksistensi Tuhan.